Sahabattadi itu keistimewaan Masjid Al-Aqsa yang tidak dimiliki masjid-masjid pada umumnya. Keistimewaan yang Allah berikan kepada Al-Aqsa hendaknya menambah kecintaan kita kepada masjid yang mulia ini. Oke, sudah tahu ya sahabat, kita semakin kagum atas Karunia Allah, ya. Kita doakan sama-sama atas apa yang terjadi di sana agar segera usai p>The condition of Palestine which has been occupied by Israel for a long time and has yet to be resolved, encourages poets to give birth to literary works in which echoed the suffering experienced by the Palestinian people. One of them is the poem of Maḥmūd Darwīsy entitled "Qaṣīdatu Al-Arḍi" in anthology Al-Aʻmālu Al-Kāmilatu. The poem reflects the message of revealing encouragement for the community in fighting for the Palestinian homeland and bringing up Palestinian nationalism. Therefore, the aim of this study is to uncover the meaning of this poem in relation to defending the Palestinian territories and uniting the nationalism of the people. The theory used in this research is the semiotic theory, which is a discipline that views the poem "Qaṣīdatu Al-Arḍi" in anthology Al-Aʻmālu Al-Kāmilatu as a semiotic marker where the meaning signified requires deeper analysis. Methodologically, this study uses the Michael Riffaterre semiotic model, a method that reveals the meaning of poetry technically using indirect expressions, heuristic readings, and hermeneutic readings. The results of this study found that this poem implies the struggle of the Palestinian people in defending their homeland where the action was manifested in large-scale demonstrations but unfortunately it did not even have any impact. Therefore, the only effective way to do it is by telling it through literary works such as in the title "Qaṣīdatu Al-Arḍi" in the anthology of AlAʻmālu Al-Kāmilatu. The work is a reflection of the suffering of the Palestinian people represented by the author, Maḥmūd Darwīsy, a Palestinian writer.

Puisiuntuk Palestina . 11 Desember 2017 12:23 Diperbarui: 11 Desember 2017 13:40 2137 0 0 + Laporkan Konten. Laporkan Akun. Lihat foto Abdul Azis Al Maulana Dibaca 195 Selengkapnya. NILAI TERTINGGI. Terkadang 4 Hal Ini Dianggap Toxic di Kantor, Padahal? Bendera Indonesia dan Palestina. Foto Merdeka Hari ini, tanggal 17 Agustus 2020. Bangsa Indonesia merayakan hari kemerdekaannya ke 75. Begitu syahdunya perayaannya. Ruang-ruang virtual begitu semarang dengan kebahagiaan. Warna merah putih sebagai lambang negara begitu indah mempesona. Pancasila dengan Burung Garudanya nampak gagah berani. Mencengkram ranting dengan jari-jari kaki yang kokoh. Menandakan, korupsi, dan perampasan hak warga yang ada dalam PANCASILA harus dihentikan. Hingga negara ini berdaulat hukumnya tegak, ekonomi makmur, rakyat berkehidupan cukup. Rakyat tidak perlu mengiba mengadu nasib dan masa depannya. Rakyat cukup memilih saat Pilpere, Pileg dan Pilkada orang-orang terbaik. Rakyat tidak perlu berteriak soal ketidakadilan. Rakyat tidak perlu menjerit saat sakit karena mahalnya berobat dan BPJS yang berbelit. Negara yang tanahnya subur ini sejatinya syurga khusus rakyat Indonesia. Kita lihat Palestina hari ini, negara yang memiliki masjid al-Aqsha Kiblat pertama umat Islam. Dalam Isra’ Mi’raj baginda Rasulullah SAW diperjalankan dari masjidil Haram ke masjid al-Aqsha, Palestina sebelum naik ke Sidratul Muntaha. Palestina adalah negeri para nabi. Para pemuka peradaban yang diutus menerangi umat manusia. Ada Nabi Muhammad SAW, nabi Ibrahim as., nabi Yusuf as., nabi Ya’kub as., nabi Luth as., nabi Sulaiman as., nabi Ishak as., nabi Musa as., nabi Isa as., dan nabi Dawud as. Mereka pendekar kemerdekaan manusia dari ketertindasan, dari keterbelakangan. Merdeka Indonesia… seharusnya Palestina juga merdeka. Merdeka warganya dari zionis Israel. Merdeka untuk shalat di masjid al-Aqsha. Merdeka jiwa-jiwa bangsanya. Merdeka pendidikan dan ilmu pengetahuannya. Merdeka semua keturunannya. Merdeka kekayaan alam dan tanah airnya. Atas nama HAM, dana atas nama kemanusiaan. Tidak ada lagi tetesan darah warganya. Tidak ada lagi tangisan ketakutan bom-bom dan kokangan senjata. Tidak ada lagi anak-anak yang kehilangan masa depannya. Kehilangan anggota tubuhnya karena berondongan senapan penjajah Israel. Wahai dunia Arab, bersatulah. Bebaskan bumi Palestina. Oleh Kana Kurniawan Pjs. Ketua Umum PP Pemuda PUI

Sumedang-. Duta Besar Palestina untuk Indonesia Zuhair SM Al Shun mengunjungi Pesantren Al Fatah di Dusun Ciluluk, Desa Margajaya, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Sumedang, Sabtu (5/6/2022) sore. Ia mengapresiasi dukungan bela Palestina yang diberikan jemaah dari Aqsa Working Group (AWG) melalui gelaran Gowes Cinta Al Aqsa dan Palestina.

Jakarta, MINA – Aktivis Muslimah Palestina, Edrida Pulungan yang juga seorang Sastrawati dan delegasi Paris Peace Forum 2019 membacakan puisi pada Konferensi Perempuan Internasional untuk pembebasan Al-Aqsa dan Palestina IWCLA. Puisinya berjudul “The Voice from Hashanon” yang memaparkan kekuatan perempuan Palestina yang pemberani, tak kenal menyerah dalam perjuangan untuk tanah airnya dan masjid Al-Aqsa. Konferensi bertema “Bergerak Berjamaah Membela Perempuan dan Anak-anak Palestina” tersebut diselenggarakan oleh Lembaga Kemanusiaan yang konsen pada isu Palestina, Aqsa Working Group AWG pada Kamis 17/3 secara hybrid daring dan luring, diselenggarakan di Hotel Sofyan Cut Meutia, Cikini, Jakarta Pusat. Edrida Pulungan, lahir di Padang Sidempuan, Sumatera Utara, pada 25 April 1982. Ia merupakan Alumnus S1 Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara, S1 Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan, S2 Hubungan Internasional, Universitas Paramadina dan S2 Fakuktas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, menjadi salah satu staff di Sekretariat Jenderal Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia. Edrida dikenal melalui karya-karyanya berupa puisi yang dipublikasikan di sejumlah surat kabar, dan terhimpun dalam berbagai antologi. Edrida merupakan pendiri Lentera Pustaka Indonesia, beberapa puisinya diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Spanyol, dan Turki. Berikut Puisi berjudul “The Voice from Hashanon” I was here in Hashanon Near the city of Haifa and Ramallah I kissed my daughter before leaving I see the moon and sun in their eyes I try wipe their tears and hug them deep I hope they can feel the warm in my heart Not the cops of the dusty prison and cold food My children, All of you the flame of my life I was thankful for sharing history of Al Quds land for you Share the value of victory and the surrender for Allah They should know the meaning of Justice and humanity They should know the history your mother With roses in her hand to take care you with love With pen as her gun to write the truth and poetry In Hasharon time was flush I was arrested and will count my time until 14 years in my future I will write thousand poem with blue moon When hear the first cry of my baby and tell the lullaby story Enjoy the breakfast with piece of bread and potato Without fear when bombing like orchestra When you can take from your home and arrested How should I share you a good for history When all life sending many tears Remindal all short happiness with family in memory My name is Lama Khatir Palestinian female prisoners was take out from my home Bring to prison from Ashqalan to Hasharon I wrote from my small room with many Dear sir, Prison was comfortable place Life and dead was the same for me and remind for Allah’s guarding My heart will never broken into hundred parts I will get the freedom of expression, worship and welfare In the Holy Land of Baitul Maqdis We are all Mary We are sending a big message of peace We are women of Al-Quds are not alone In the Holy Land of Al-Quds I send you my piece of poet with sweet dreams Collect the memory in mind the beauty of heaven Istiqlal Mosque, Jakarta, Indonesia March 8 th, 2022 By Edrida Pulungan Filosofi Puisi “The Voice from Hashanon” Edrida saat diwawancarai MINA menjelaskan, makna filosofi daripada puisi tersebut menggambarkan bahwa perempuan Palestina itu perempuan yang pemberani. Ketika mereka ditarik paksa dari rumahnya untuk dibawa ke penjara, dia masih memberikan energi yang kuat untuk anak-anaknya, suaminya, keluarganya, atau mungkin meninggalkan tempat kerja dan kebebasannya. “Mereka itu sudah tidak punya lagi rasa takut, kalau misalnya kita menangis mereka sudah biasa, maka itu bisa menjadi motivasi kita dan juga harus ditebarkan ke semua perempuan di dunia. Mungkin kalau dibandingkan dengan Indonesia sangat berbeda, negara Indonesia Alhamdulillah masih aman tentram walaupun banyak tantangan,” jelasnya. Menurutnya, puisi ini memiliki makna tersirat dan tersurat, walaupun mereka tidak bisa bebas tapi mereka mengirimkan sinyal-sinyal keberanian, karena mereka yakin pertolongan Allah selalu ada. “Anak-anak Palestina sudah tidak bisa merasakan masa kecil mereka, zionis Israel merampas satu persatu memori pada seorang anak di muka bumi yang sampai sekarang negara manapun tidak mampu untuk memberikan kebebasan kepada mereka, kita harus mengutuk apapun yang merampas kehidupan dan hak asasi manusia,” ujarnya. Edrida Pulungan berharap seluruh pemuda dan pemudi Indonesia dapat berpartisipasi dalam pembebasan Masjidil Aqsa. Pemuda dan pemudi merupakan sosok yang paling berpotensi menjadi agen perdamaian, karena masih melihat sesuatu itu dengan visi idealisme. “Cara yang dapat dilakukan salah satunya yaitu menyuarakan dengan karya, bisa dengan lukisan, puisi, dan film maker. Tidak hanya pemuda Indonesia saja yang dapat melakukan, pemuda yang ada di seluruh dunia juga bisa apalagi sekarang sudah sangat canggih teknologinya,” katanya. A/Bad/R12/P1 Mi’raj News Agency MINA
7 Karena Quds dan terutama Al-Aqsa merupakan kota suci dan kiblat pertama, umat Islam berkewajiban menentang penjajahan tanah Palestina. 8. Sebagai bagian dari umat pengikut Pemimpin sentral dan tunggal umat Islam, seruan Imam Khamenei untuk menghidupkan Hari Internasional Quds adalah kewajiban keagamaan.
Berikut ini adalah puisi sedih untuk palestina dengan judul puisi duka lara di langit palestina. bagaimana kata kata untuk palestina dalam bait puisi duka puisi tentang duka lara di langit palestina bercerita seperti puisi jeritan anak palestina atau puisi untuk palestina al lebih jelasnya puisi duka lara untuk rakyat palestina yang dipublikasikan berkas puisi, disimak saja puisi tentang palestina berikut in berjudul duka lara di langit paletina berikut Lara di Langit PalestinaOleh Qurrotul A'yunSelimut pita hitam melandaKala angkara murka merajalelaMerasuk duka laraLedakkan bumi langit PalestinaTangis melanda..Hancur tak tersisaHanya duka laraMembekas di jiwaWahai Sang KuasaDirikan kekuatan jiwa ragaDalam diri anak manusiaTekadkan semangat membaraDemi hidup sejahtera sentosaDemikianlah puisi sedih untuk palestina dengan yang berjudul puisi duka lara di langit palestina. baca juga puisi islami untuk palestina dan puisi kata-kata untuk palestina yang dihalamn lain
Puisitentang Palestina Karya Dilla Hardina. Palestina merupakan Negara yang belum mampu memerdekakan diri dari tangan penjajah, yakni bangsa Israel. Selama puluhan tahun, rakyat Palestina menderita baik secara psikis maupun fisik karena ulah para tentara Israel yang membagi buta. Baca Juga Rektor UIBA Palembang Tarech Rasyid Isbedy Memaknai Kepulangan Buku Ketika Aku Pulang Karya Isbedy Stiawan Masuk UIBA Palembang Esok Malam, Puisi Minyak Goreng Diluncurkan PUISI akan selalu "berpihak", sekecil apa pun. Keberpihakan karya puisi juga kesenian umumnya tentu pada kemanusian dan keadilan. Itulah napas keberpihakan seniman Lampung menyikapi nasib Palestina yang bebeberapa hari terakhir dibombardir serdadu Israel. Bahkan saat menjelang Idul Fitri 1442 H. Kepedulian seniman Lampung yang diprakarsai Lamban Sastra Isbedy Stiawan ZS bekerja sama dengan Pondok Santap Taman Untung, tadi malam 22/5/2021 menghadirkan Syaiful Irba Tanpaka, Agusri Junaidi, Erika Novalia Sani, Muhammad Alfariezie, Sekretaris Dewan Masjid Indonesia Lampung H. Imam Asyrofi, Isbedy Stiawan ZS, Fitri Angraini dosen UIN Radin Intan, Fajrun Najah Ahmad, Yurie Arsyad Temenggung, dan Muchlas E Bastari. Para seniman, aktifis, dan politisi Lampung itu sepakat mendukung Palestina dan mendoakan agar perang di Jalur Gaza segera dihentikan. Mereka mengutuk Israel yang dinilai brutal dan dzalim terhadap rakyat Palestina. "Kita dukung Palestina agar merdeka karena sesuai dengan amanat UUD 1945 bahwa penjajahan di muka bumi harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan," ujar Erika Novalia Sani, direktur Lamban Sastra pada testimoni sebelum membaca puisi "Palestina Kita Berpelukan" karya Isbedy Stiawan ZS. Sementara Fajar, panggilan akrab Fajrun Najah Ahmad, bercerita pengalamannya langsung ke Yerussalem pada 2018. Ia menjelaskan nasib rakyat Palestina benar-benar memprihatinkan. "Anak-anak Palestina untuk menjual hasil kerajinannnya harus hati-hati karena jika ketahuan tentara Israel akan ditangkap dan barang jualannya dirampas," cerita Fajar. Isbedy juga menguatkan dukungan Indonesia sudah dinyatakan Soekarno, bapak pendiri dan proklamator pada 1960. "Jadi jelas sekali NKRI mendukung kemerdekaan Palestina. Dengan demikin, kita mengutuk zionis Israel," tandas pengampu Lamban Sastra itu. Penyair berjuluk Paus Sastra Lampung duet dengan istrinya, Fitri Angraini, membacakan puisi "Burung Burung dari Surga". Lalu penyair Agusri Junaidi membacakan puisi tentang Palestina dari buku puisinya "Wajah Musim". Syaiful Irba Tanpaka membacakan puisi "Doa Serdadu Sebelum Perang", Muhammad Alfariezie membacakan puisi "Bagaimana Mungkin Aku Melupakanmu" karya Taufiq Ismail, dan Yurie Arsyad membacakan puisi terjemahan karya penyair Rusia. Berikut puisi Isbedy Stiawan ZS, yang diakuinya terinspirasi dari berita di youtube ihwal kawanan burung di langit Yerussalem dan seekor burung tengah mencabik-cabik bendera Isrel Isbedy Stiawan ZS BURUNG-BURUNG SURGA lalu burung-burung surga memasuki kota itu dan mengoyak bendera dengan paruhnya sebagai pertanda apakah kau bisa berpikir jika punya akal? tapi, Allah telah menetapkan pada bani israel sebagai orangorang yang mesti meninggalkan rumah lalu pulang menjarah dan menjajah seperti dinubuat, mereka usir para nabi setiap kitab yang datang padanya selalu diingkari demi menegakkan ajaran dan ujaran dari nenekmoyang ihwal sapi yang mesti dikurbankan soal Musa, Yakub, ataupun Isa yang ditolak risalahnya di tanah Al-Quds ini, bahkan Yesus disalib untuk menebus dosa seluruh umat kenapa Kau tak berpikir jika Allah memberi akal? * inilah Al-Quds, sebuah negeri yang telah disucikan selain Mekah tanah yang pernah disinggahi Muhammad saat hijrah, sebelum ke muntaha jejak-jejak para nabi di sini membekas sebagai sejarah kelam manusia sebab selalu ingkar dan suka menumpahkan darah ingatlah, bagaimana Musa diburu ingin dibunuh; Allah menyelamatkan tongkat Musa membagi dua lautan Yesus disalib lalu diarak ke Golgota “Eli Eli, lama Isa agani?” lalu makin lengkap habis marwah Bani Israel; diusir dari negeri sendiri tiada lagi tanah kelahiran; menjadi ahasveros tak mengenal jalan ke rumah apakah Kau tak berpikir jika punya akal? sampai mereka temukan peta itu kampung di mana dulu nenek moyangnya menetap sebagai bangsa pembangkang dan selalu membuat kerusuhan berulang-{ulang Palestina jadi sasaran sebagai negeri yang mesti direbut untuk meluaskan kekuasaan berulangulang Al-Aqsa ingin dihancurkan demi menghapus sejarah masa lampau tapi apakah mereka tak berpikir Allah semakin menghidupkan cahaya itu? lihatlah burung-burung surga dikirim lalu mencabik bendera hingga tidak bertanda; seperti itu wajah israel di mata Allah di hati bangsa-bangsa yang mengerti makna kemanusiaan 2021 Baca Juga Rektor UIBA Palembang Tarech Rasyid Isbedy Memaknai Kepulangan Buku Ketika Aku Pulang Karya Isbedy Stiawan Masuk UIBA Palembang Esok Malam, Puisi Minyak Goreng Diluncurkan Isbedy Stiawan ZS puisi Herman Batin Kitalihat Palestina hari ini, negara yang memiliki masjid al-Aqsha: Kiblat pertama umat Islam. Dalam Isra' Mi'raj baginda Rasulullah SAW diperjalankan dari masjidil Haram ke masjid al-Aqsha, Palestina sebelum naik ke Sidratul Muntaha. Palestina adalah negeri para nabi. Para pemuka peradaban yang diutus menerangi umat manusia. Untukmu jiwa-jiwa kami untukmu darah kami untukmu jiwa dan darah kami wahai Al-aqsa tercinta Untukmu jiwa-jiwa kami untukmu darah kami untukmu jiwa dan darah kami wahai Al-aqsa tercinta Kami akan berjuang demi kebangkitan Islam Kami rela berkorban demi Islam yang mulia Untukmu palestina kami penuhi panggilan mu Untukmu Al-aqsa yang mulia kami kan terus bersamamu. . 2x Kami akan berjuang demi kebangkitan Islam Kami rela berkorban demi Islam yang mulia Untukmu palestina kami penuhi panggilan mu Untukmu Al-aqsa yang mulia kami kan terus bersamamu. . 2x Untukmu jiwa-jiwa kami untukmu darah kami untukmu jiwa dan darah kami wahai Al-aqsa tercinta Ya Rabbi izinkanlah kami berjihad di palestinaMu Ya Allah masukkanlah tercatat sebagai syuhada Mu tercatat sebagai syuhadaMu tercatat sebagai syuhadaMuuuuuuuu...
Untuklebih jelasnya puisi duka lara untuk rakyat palestina yang dipublikasikan berkas puisi, disimak saja puisi tentang palestina berikut in berjudul duka lara di langit paletina berikut ini. Duka Lara di Langit Palestina Oleh: Qurrotul A'yun
- Puisi Taufik Ismail berjudul Palestina, Bagaimana Aku Bisa Melupakanmu mengisahkan tentang kiblat pertama umat Islam, Masjidil Aqsa, yang kini dikuasai Israel walau berstatus quo. Puisi Taufik Ismail ini mengingatkan soal penyerbuan dan pembakaran oleh Israel di Masjidil Aqsa. Puisi tersebut digubah oleh Taufik Ismail pada tahun 1989, ketika Israel melakukan agresi militer terhadap rakyat Gaza, yang menewaskan wanita dan anak-anak dalam peristiwa Intifada pertama. Berikut teks puisi Taufik Ismail - Palestina, Bagaimana Aku Bisa Melupakanmu Baca Juga Tradisi Menyambut Bulan Sya'ban Dijamin Rindu Kampung Halaman Palestina, Bagaimana Bisa Aku Melupakanmu Ketika rumah-rumahmu diruntuhkan bulldozerdengan suara gemuruh menderu, serasa pasirdan batu bata dinding kamar tidurku bertebaran di pekaranganku, meneteskan peluh merah dan mengepulkan debu yang berdarah. Ketika luasan perkebunan jerukmu dan pepohonan apelmu dilipat-lipat sebesar saputangan lalu di Tel Aviv dimasukkan dalam file lemari kantor agraria, serasa kebun kelapa dan pohon manggaku di kawasan khatulistiwa, yang dirampas mereka. Ketika kiblat pertama mereka gerek dan keroaki bagai kelakuan reptilia bawah tanah dan sepatu-sepatu serdadu menginjaki tumpuan kening kita semua, serasa runtuh lantai papan surau tempat aku waktu kecil belajar tajwid Al-Qur’an 40 tahun silam, di bawahnya ada kolam ikan yang air gunungnya bening kebiru-biruan kini ditetesi air mataku. Palestina, bagaimana bisa aku melupakanmu Ketika anak-anak kecil di Gaza belasan tahun bilangan umur mereka, menjawab laras baja dengan timpukan batu cuma, lalu dipatahi pergelangan tangan dan lengannya, siapakah yang tak menjerit serasa anak-anak kamiIndonesia jua yang dizalimi mereka tapi saksikan tulang muda mereka yang patahakan bertaut dan mengulurkan rantai amat panjangnya, pembelit leher lawan mereka, penyeret tubuh si zalim ke neraka, An Naar. Ketika kusimak puisi-puisi Fadwa Tuqan, Samir Al-Qassem, Harun Hashim Rashid, Jabra Ibrahim Jabra, Nizar Qabbani dan seterusnya yang dibacakan di Pusat Kesenian Jakarta, jantung kami semua berdegup dua kali lebih gencar lalu ter-sayat oleh sembilu bambu deritamu, darah kami pun memancar ke atas lalu meneteskan guratan kaligrafi Allahu Akbar! danBebaskan Palestina! Ketika pabrik tak bernama 1000 ton sepekan memproduksi dusta, menebarkannya ke media cetak dan elektronika, mengoyaki tenda-tenda pengungsi di padang pasir belantara, membangkangit resolusi-resolusi majelis terhormat di dunia, membantai di Shabra dan Shatila, mengintai Yasser Arafat dan semua pejuang negeri anda, aku pun berseru pada khatib dan imam shalat Jum’at sedunia doakan kolektif dengan kuat seluruh dan setiap pejuang yang menapak jalanNya, yang ditembaki dan kini dalam penjara, lalu dengan kukuh kita bacalahlaquwwatta illa bi-Llah!’ Puisi Sumber ilustrasi: PEXELS/ Mei, akan ada bunyi-bunyian lonceng kudus dari Betlehem dan gema izhar Adzan dari Al Aqsa, bersatu dengungkan kemerdekaan atas tanah kebangkitan Isa Al Masih dan napak tilas manusia agung, Muhammad SAW. Suriahberibukota Damaskus. Perang saudara Suriah merupakan sebuh konflik bersᥱnjata banyak sekali pihak dengan intervensi internasional, Kerusuhan tumbuh semenjak protes kebangkitan dunia Arab tahun 2011, dan semakin tinggi ke konflik bersᥱnjata setelah kekᥱrasan atas protes kepada Pemerintah Presiden Bashar al-Assad untuk menekan pengunduran dirinya.
PendakwahHabib Husein Jafar Al-Hadar menyebut KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) saat menjadi Ketua Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) pada 1982, menyelenggarakan Malam Solidaritas untuk Palestina di Taman Ismail Marzuki (TIM), Cikini, Jakarta Pusat. Pada acara itu, penyair-penyair Indonesia banyak yang hadir membacakan puisi untuk Palestina.
Namun sajak ini saya cipta khusus untuk "Konsert Demimu Al-Aqsa". Oleh sebab, saya berhasrat untuk menghantar sajak tersebut ke media cetak, sajak itu tidak pernah saya siarkan di blog ini. Kini sajak ini telah pun diterbitkan dalam dua bahagian di dalam Dewan Sastera dan waktu pengedarannya sudah tamat.
Masjid Al-Aqsa adalah titik konflik penting yang terjadi antara Palestina-Israel akhir-akhir ini. Kawasan situs suci ini memiliki nilai sejarah panjang dan bermakna penting bagi tiga agama abrahamik: Islam, Yahudi, dan Kristen. Meskipun konflik Palestina dan Israel sempat bergejolak, kedua belah pihak sudah melakukan gencatan senjata setelah 11 hari perang antara militer Israel dan
\n \n\n\npuisi untuk palestina al aqsa
Acarabertajuk "Doa untuk Palestina" berupa pembacaan puisi-puisi karya penyair Palestina digelar di Graha Bhakti Budaya Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta, Kamis malam (24/08/2017). mengutuk perlakuan tentara Israel yang membatasi kebebasan umat Islam Palestina mengunjungi dan beribadah di Masjid Al-Aqsa, yang terjadi pada bulan Juli 2017 Palestinamilik kami. Zionis, Menembaki dibulan mulia Menyerang membabi buta Bahkan saat beribadah Di Masjid Al-Aqsa milik dunia. Terjajah di negeri sendiri Dicekam ketakutan di rumah sendiri Diburu kematian dengan peluru zionis jahanam Terancam dalam kemerdekaan yang seharusnya digenggam fisik Puisi-puisi tersebut terhimpun dalam antologi puisi terjemahan karya Irfan Zakki Ibrahim berjudul "Yerussalem, Setiap Aku Menciummu: Puisi-puisi Cinta dan Politik Nizar Qabbani" terbitan Akar Indonesia tahun 2006. Dari kumpulan puisi di atas, puisi yang cukup menarik dari segi isinya untuk dikaji adalah Al-Quds ditulis pada tahun 1997. LhvUs0.